Modul 3. Teori Komunikasi Kelompok
Teori Komunikasi kelompok
Komunikasi dalam kelompok merupakan bagian dari kegiatan- keseharian kita sejak kita lahir, kita sudah mulai bergabung dengan kelompok primer yang paling dekat, yaitu Keluarga. Kemudian seiring dengan perkernbangan usia dan kemampuan intelektualitas, kita masuk dan terlibat dalam kelompok-kelompok sekunder seperti sekolah, lembaga agama, tempat pekerjaan dan kelompok sekunder lainnya yang sesuai dengan minat dan ketertarikan kita.
K.B.1. Prinsip Dasar dalam Komunikasi Kelompok
Banyak manfaat yang dapat kita petik bila kita ikut terlibat dalam suatu kelompok yang sesuai dengan rasa ketertarikan (interest) kita. orang yang memisahkan atau mengisolasikan dirinya dengan orang lain adalah orang yang penyendiri, orang yang benci kepada orang lain (misanthrope) atau dapat dikatakan sebagai orang yang antisosial. Bahasan dalam Kegiatan Belajar 1 ini mencakup tiga hal, yaitu pengertian mengenal komunikasi kelompok, karakteristik dari komunikasi kelompok dan kajian tentang fungsi dari komunikasi kelompok.
A. PENGERTIAN KOMUNIKASI KELOMPOK
1. Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya: Human Communication, A Revision of Approaching Speech/Communication yaitu “The face-to faceinteraction of three or more individuals, for a recognized purpose such as information sharing, self-maintenance, or problem solving, such that the members are able to personal characteristics of the other members accurately”
Ada empat elemen yang tercakup dalam definisi di atas, yaitu interaksi tatap muka, jumlah partisipan yang terlibat dalam interaksi, maksud atau tujuan yang dikehendaki dan kemampuan anggota untuk dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya
2. Ronald Adler dan George Rodman dalam bukunya : Understanding Human Communication yaitu “A small collection of people who interact with each other usually face to face, over time in order to reach goals”
Ada empat elemen juga yang muncul dari definisi yang dikemukakan oleh Adler dan Rodman tersebut, yaitu interaksi, waktu , ukuran, dan tujuan.
B. KARAKTERISTIK KOMUNIKASI KELOMPOK
Ada dua karakteristik yang melekat pada suatu kelompok, yaitu norma dan peran. Kita akan membahas kedua karakteristik tersebut dengan lebih rinci satu per satu. Norma adalah persetujuan atau perjanjian tentang bagaimana orang-orang dalam suatu kelompok berperilaku satu dengan lainnya. Ada tiga kategori norma kelompok, yaitu :
1. Norma sosial mengatur hubungan di antara para anggota kelompok
2. Norma procedural menguraikan dengan lebih rinci bagaimana kelompok harus beroperasi, seperti bagaimana suatu kelompok harus membuat keputusan, apakah melalui suara mayoritas ataukah dilakukan pembicaraan sampai tercapai kesepakatan
3. Norma tugas memusatkan perhatian pada bagaimana suatu pekerjaan harus dilaksanakan
C. FUNGSI KOMUNIKASI KELOMPOK
Fungsi-fungsi tersebut mencakup fungsi hubungan sosial, pendidikan, persuasi, pemecahan masalah dan pembuatan keputusan, dan fungsi terapi. Berikut penjelasannya :
1. Hubungan sosial dalam arti bagaimana suatu kelompok mampu memelihara dan memantapkan hubungan sosial di antara para anggotanya, seperti bagaimana suatu kelompok secara rutin memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk melakukan aktivitas yang informal, santai dan menghibur
2. Pendidikan adalah fungsi kedua dari kelompok, dalam arti bagaimana sebuah kelompok secara formal maupun informal bekerja untuk mencapai dan mempertukarkan pengetahuan. Melalui fungsi pendidikan ini, kebutuhan-kebutuhan dari para anggota kelompok dapat terpenuhi
3. Fungsi persuasi, seorang anggota kelompok berupaya mempersuasi anggota lainnya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Seseorang yang terlibat usaha-usaha persuasif dalam suatu kelompok, membawa risiko untuk tidak diterima oleh para anggota lainnya.
4. Pemecahan masalah (problem solving) berkaitan dengan penemuan alternatif atau solusi yang tidak diketahui sebelumnya ; sedangkan pembuatan keputusan (decision making) berhubungan dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi. Jadi, pemecahan masalah menghasilkan materi atau bahan untuk pembuatan keputusan
5. Kelompok terapi memiliki perbedaan dengan kelompok lainnya, karena kelompok terapi tidak memiliki tujuan. Objek dari kelompok terapi adalah membantu setiap individu mencapai perubahan personalnya. Tentunya individu tersebut harus berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya guna mendapatkan manfaat, namun usaha utamanya adalah membantu dirinya sendiri, bukan membantu kelompok mencapai consensus
K.B.2. Memahami Komunikasi dalam Kelompok
A. TIPE KELOMPOK
Ronald B. Adler dan George Rodman dalam bukunya Understanding Human Communication membagi kelompok dalam tiga tipe, yaitu :
1. Kelompok Belajar (Learning Group)
Tujuan dari learning group ini adalah meningkatkan pengetahuan atau kemampuan para anggotanya. Satu ciri yang menonjol dari learning group ini adalah adanya pertukaran informasi dua arah, artinya setiap anggota dalam kelompok belajar adalah kontributor atau penyumbang dan penerirna pengetahuan
2. Kelompok Pertumbuhan (Growth Group)
Karakteristik yang terlibat dalam tipe kelompok growth group ini adalah tidak mempunyai tujuan kolektif yang nyata, dalam arti bahwa seluruh tujuan kelompok diarahkan kepada usaha untuk membantu para anggotanya mengidentifikasi dan mengarahkan mereka untuk peduli dengan persoalan pribadi yang mereka hadapi
3. Kelompok Pemecahan Masalah (Problem Solving Group)
Problem solving dalam operasionalnya, melibatkan aktivitas penting. Pertama, pengumpulan informasi (gathering information) : bagaimana suatu kelompok sebelum membuat keputusan, berusaha mengumpulkan informasi yang penting dan berguna untuk landasan pengambilan keputusan tersebut. Dan kedua adalah pembuatan keputusan atau kebijakan itu sendiri yang berdasar pada hasil pengumpulan informasi.
B. METODE PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELOMPOK
Dalam tataran teoretis, kita mengenal empat metode pengambilan keputusan, yaitu kewenangan tanpa diskusi (authority rule without discussion), pendapat ahli (expert opinion), kewenangan setelah diskusi (authority ride after discussion), dan kesepakatan (consensus).
1. Kewenangan Tanpa Diskusi
Pengambilan keputusan akan memiliki kualitas yang lebih bermakna, apabila dibuat secara bersama-sama dengan melibatkan seluruh anggota kelompok, daripada keputusan yang diambil secara individual.
2. Pendapat Ahli
Pendapat Ahli Kadang-kadang seorang anggota kelompok oleh anggota lainnya diberi predikat sebagai ahli (expert), sehingga rnemungkinkannya, memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk membuat keputusan.
3. Kewenangan Setelah Diskusi Sifat otokratik
Metode pengambilan keputusan ini lebih sedikit apabila dibandingkan dengan metode yang pertama, karena metode authority rule after discussion ini mempertimbangkan pendapat atau opini lebih dari satu anggota kelompok dalam proses pengambilan keputusan.
4. Kesepakatan
Kesepakatan atau konsensus akan terjadi kalau semua anggota dari suatu kelompok mendukung keputusan yang diambil. Metode yang paling efektif yang dapat digunakan dalam situasi tertentu, bergantung pada faktor-faktor:
- Jumlah waktu yang ada dan dapat dimanfaatkan,
- Tingkat pentingnya keputusan yang akan diambil oleh kelompok
- Kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh pimpinan kelompok dalam mengelola kegiatan pengambilan keputusan tersebut.
D. KEPEMIMPINAN DALAM KELOMPOK
1. Fungsi Kepemimpinan
Burgoon, Heston dan McCroskey menguraikan adanya delapan fungsi kepemimpinan, yaitu :
- Fungsi inisiasi (Initiation)
Seorang pemimpin perlu mengambil prakarsa untuk menciptakan gagasan-gagasan baru, namun sebaliknya tugas pemimpin juga memberi pengarahan ataupun menolak gagasan-gagasan dari anggota kelompoknya yang dinilai tidak layak.
- Keanggotaan (Membership)
Salah satu bagian dari perilaku seorang, pimpinan adalah memastikan bahwa dirinya juga merupakan salah seorang anggota kelompok.
- Perwakilan (Representation)
Seorang pemimpin tidak jarang harus melindungi dan mempertahankan para anggotanya dari "ancaman-ancaman" yang berasal dari luar, tindakan yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menjadi wakil atau juru bicara kelompok di hadapan kelompok lainnya.
- Organisasi (Organization)
Tanggung jawab terhadap hal-hal yang bersangkut paut dengan persoalan organisasional seperti struktur organisasi, kelancaran roda organisasi dan deskripsi kerja ada di tangan seorang pemimpin, sehingga itu perlu memiliki bekal kemampuan mengelola organisasi yang tentunya lebih baik dibanding anggota kelompok lainnya.
- Integrasi (Integration)
Seorang pemimpin perlu mempunyai kemampuan untuk memecahkan ataupun mengelola dengan baik konflik yang ada dan muncul di kelompoknya.
- Manajemen informasi internal (internal information management)
Pimpinan pada saat tertentu harus memberi sarana bagi berlangsungnya pertukaran informasi di antara para anggotanya dan juga mencari masukan-masukan tentang bagaimana sebaiknya kelompoknya harus merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program kerjanya
- Fungsi Penyaring Informasi (Gate Keeping)
Seorang pemimpin bertindak sebagai penyaring sekaligus manajer bagi informasi yang masuk dan keluar dari kelompok yang dipimpinnya.
- Fungsi Imbalan (Reward)
Pemimpin melakukan fungsi evaluasi dan menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh para anggotanya.
2. Gaya Kepemimpinan dalam Kelompok
Gaya kepemimpinan dalam kelompok ini bisa dibagi dalam lima ciri, yaitu :
- Authoritarian : seorang pemimpin adalah seorang pengendali (controler)
- Bureaucratic atau supervisory : pemimpin berkomunikasi melalui saluran tertulis secara resmi
- Diplomatic : pemimpin diplomatik terbuka terhadap adanya saran dan
umpan balik yang demokratis dari anggota kelompoknya
- Democratic : Pemimpin yang demokratis, memiliki kepedulian terhadap
hubungan antarpribadi maupun hubungan tugas di antara para
anggota kelompok
- Laissezfaire atau group-centered : Pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan ini
menginginkan seluruh anggota kelompoknya berpartisipasi tanpa memaksakan atau menuntut kewenangan
K.B.3. Komunikasi Kelompok dalam Perspektif Teoritis
Kita akan mempelajari beberapa perspektif teoretis dalam komunikasi kelompok. Perspektif tersebut antara lain mencakup teori perbandingan sosial, teori kepribadian kelompok, teori pencapaian kelompok dan teori pertukaran sosial serta teori sosiometris. Masing-masing teori tersebut akan kita coba pahami satu per satu dengan lebih mendalam.
A. TEORI PERBANDINGAN SOSIAL (SOCIAL COMPARISON THEORY)
Dalam pandangan teori perbandingan sosial ini, tekanan seseorang untuk berkomunikasi dengan anggota kelompok lainnya akan mengalami peningkatan, jika muncul ketidaksetujuan yang berkaitan dengan suatu kejadian atau peristiwa kalau tingkat pentingnya peristiwa tersebut peningkat dan apabila hubungan dalam kelompok (group cohesiveness) juga menunjukkan peningkatan.
B. TEORI KEPRIBADIAN KELOMPOK (GROUP SYNTALITY THEORY)
Teori kepribadian kelompok merupakan studi mengenai interaksi kelompok pada basis dimensi kelompok dan dinamika kepribadian. Dimensi kelompok merujuk pada ciri-ciri populasi atau karakteristik individu seperti umur, kecendekiawanan (intelligence). Dinamika kepribadian diukur oleh apa yang disebut dengan sinergi, yaitu tingkat atau derajat energi dari setiap individu yang dibawa dalam kelompok untuk digunakan dalam melaksanakan tujuan-tujuan kelompok.
C. TEORI PENCAPAIAN KELOMPOK (GROUP ACHIEVEMENT THEORY)
Teori pencapaian kelompok ini sangat berkaitan dengan produktivitas kelompok atau upaya-upaya untuk mencapainya melalui pemeriksaan masukan dari anggota (member inputs), variabel - variabel perantara (mediating variables), dan keluaran dari kelompok (group output). Masukan atau input yang berasal dari anggota kelompok dapat diidentifikasikan sebagai perilaku, interaksi dan harapan-harapan (expectations) yang bersifat individual.
D. TEORI PERTUKARAN SOSIAL (SOCIAL EXCHANGE THEORY)
Teori pertukaran sosial ini didasarkan pada pemikiran bahwa seseorang dapat mencapai satu pengertian mengenai sifat kompleks dari kelompok dengan mengkaji hubungan di antara dua orang (dyadic relationship). Suatu kelompok dipertimbangkan untuk menjadi sebuah kumpulan dari hubungan antara dua partisipan tersebut.
E. TEORI SOSIOMETRIK (SOCIOMETRIC THEORY)
Sosiometri merupakan sebuah konsepsi psikologis yang mengacu pada suatu pendekatan metodologis dan teoretis terhadap kelompok. Asumsi yang dimunculkan adalah bahwa individu-individu dalam kelompok yang merasa tertarik satu sama lain, akan lebih banyak melakukan tindak komunikasi, sebaliknya individu-individu yang saling menolak, hanya sedikit atau kurang melaksanakan tindak komunikasi.
K.B.4. Beberapa Perspektif dalam Penelitian Komunikasi Kelompok
A. PENELITIAN SHERIF MENGENAI NORMA-NORMA KELOMPOK
Melalui suatu studi laboratorium Sherif (1936, 1937) memusatkan penelitiannya pada suatu fenomena yang disebut autokinesis light effect. Eksperimen yang dilakukannya adalah dengan menempatkan orang dalam ruangan yang gelap gulita, kemudian diperlihatkan suatu titik cahaya yang redup. orang (dalam kegelapan total) biasanya akan melihat seolah-olah titik cahaya tersebut bergerak. Cahaya yang seolah-olah bergerak ini terjadi karena sistem syaraf orang yang mengamatinya harus bekerja terlalu keras untuk mengimbangi cahaya yang kecil dan redup, dalam kondisi seperti ini sistem syaraf tersebut mengirim. denyut (impulse) yang sama seperti ketika mata mengamati objek yang bergerak. Dari sejumlah orang (kelompok) yang dilibatkan dalam eksperimen ini, kesemuanya melihat seolah-olah cahaya tersebut bergerak. Namun karena sebenarnya cahaya itu tidak bergerak, maka tidak seorang pun tahu seberapa jauh cahaya itu bergerak.
Hasil eksperimen Sherif dan Asch telah menunjukkan bahwa pengaruh kelompok memiliki efek yang kuat, sekalipun dalam kelompok yang longgar yaitu orang-orang yang belum pernah ketemu sebelum dilakukannya eksperimen. Tampaknya kekuatan kelompok akin menjadi lebih besar pada kelompok primer, seperti keluarga atau kelompok kerja.
B. PENELITIAN KURT LEWIN MENGENAI KEPUTUSAN KELOMPOK
Dalam suatu kelompok eksperimen, Lewin dan rekan-rekannya berusaha untuk membuat para ibu rumah tangga dalam suasana perang yang kurang menguntungkan, untuk meningkatkan pemanfaatan daging “jeroan” (hati sapi, babat, ginjal dan sebagainya yang pada dasarnya merupakan pilihan yang kurang disukai) sebagai bahan konsumsi sehari-hari. Lewin merancang dua bentuk eksperimen, yaitu ceramah dan suatu kondisi keputusan kelompok. Sistem ceramah menggunakan presentasi oral yang menjelaskan tentang gizi, nilai ekonomis dan cara-cara mempersiapkan dan memasak jenis daging yang kurang populer tersebut. Selain itu kepada para ibu yang mengikuti sistem ceramah dibagikan resep masakan untuk jenis daging jeroan. Dalam eksperimen yang menggunakan situasi kelompok, diberikan sejumlah informasi awal yang dilanjutkan dengan diskusi yang dihadapi oleh para ibu rumah tangga seperti mereka dalam menyajikan jenis daging tersebut. Teknik dan resep memasak juga dibagikan kepada anggota kelompok, namun setelah mereka dirasakan cukup terlibat untuk memiliki rasa ingin tabu apakah persoalan-persoalan yang mereka hadapi dapat dipecahkan.
Pada akhir pertemuan ditanyakan kepada para ibu siapakah yang mau mencoba memasaknya minggu depan. Hasilnya adalah, hanya 3% dari para ibu yang mengikuti ceramah yang mau mencoba memasak daging yang belum pernah mereka konsumsi sebelumnya, sementara 32% dari para ibu dalam kondisi keputusan kelompok yang berminat untuk mencoba memasaknya dalam seminggu mendatang.
Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam eksperimen ini, termasuk diskusi kelompok, solidaritas sosial, keputusan untuk bertindak, dan persepsi Teori Komunikasi Kelompok Bacaan Kuliah Teori Komunikasi Page 25 mengenai konsensus kelompok. Suatu eksperimen berikutnya yang dilakukan oleh Edith Bennett Pelz menunjukkan bahwa dua faktor yang pertama tidak terlalu memiliki dampak dan dua faktor yang terakhir cukup berarti untuk menjadi penyebab yang berpengaruh, seperti yang ditemukan dalam eksperimen Lewin.
C. PENELITIAN MENGENAI KELOMPOK DAN SIKAP POLITIK
Dalam dekade 40-an, sejumlah peneliti mulai melakukan penelitian secara sistematis mengenai bagaimana orang memutuskan untuk memilih salah seorang calon dalam pemilihan umum. Dua studi penting tentang hal ini dilakukan masing-masing oleh Paul Lazarsfeld dan rekan-rekannya pada tahun 1940 di Erie County, Pennsylvania, antara dua kandidat yaitu Rosevelt dan Willkie dan lainnya dilakukan oleh Bernard Berelson dan rekan-rekannya pada tahun 1948 di Elmira, New york, antara kandidat Truman dan Dewey. Kedua studi berangkat dari asumsi bahwa media massa memainkan peran penting dalam mempengaruhi keputusan untuk memilih. Namun, kedua studi tersebut menghasilkan temuan yang mengejutkan di mana ternyata media massa tidak terlalu berperan dibandingkan dengan pengaruh antarpribadi, atau pengaruh dari orang lain.
Kedua studi ini juga dianggap sebagai tonggak bagi penemuan kembali faktor pengaruh personal, suatu faktor yang dipandang sebelah mata oleh para peneliti komunikasi pada waktu itu yang sedang terpengaruh oleh pemikiran tentang kekuatan media massa (masa kejayaan teori jarum arum hipodermik dan teori pelum).
Studi yang dilakukan oleh Lazarsfeld dan Berelson menunjukkan suatu kecenderungan yang kuat bahwa orang memilih kandidat yang sama seperti yang dipilih oleh kelompok primernya. Dan keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting. Kuatnya pengaruh keluarga ditandai oleh temuan bahwa 75% dari orang yang baru pertama kali memiliki hak suara dalam pemilu, memilih kandidat yang sama dengan yang dipilih ayahnya. Orang juga cenderung memiliki pilihan yang sama dengan teman dekatnya atau rekan sekerjanya.
Berelson menyebut kuatnya konsistensi ini sebagai 'homogenitas politik dari kelompok primer', dan hasil dari kedua studi tersebut sangat sesuai dengan asumsi Asch mengenai tekanan kelompok di mana suatu kesepakatan penuh dari kelompok yang beranggotakan 3 orang telah cukup untuk mempengaruhi penilaian seorang anggota lainnya.
Homogenitas pendapat dalam bidang politik dapat dijelaskan melalui dua proses yang berbeda. Pertama, adalah bahwa kelompok menimbulkan tekanan dan mempengaruhi penilaian individu, seperti yang ditemukan pada studi yang dilakukan Asch. Penjelasan lainnya adalah bahwa mungkin orang akan mencari Teori Komunikasi Kelompok Bacaan Kuliah Teori Komunikasi Page 26 teman yang memiliki sikap dan aspirasi politik yang sesuai dengan dirinya. Keduanya mungkin benar sampai tingkat tertentu. Tetapi penjelasan kedua dirasakan kurang cukup untuk menjadi faktor pengaruh yang berdiri sendiri. Orang memiliki banyak pilihan untuk menentukan temannya, namun mereka memiliki lebih sedikit pilihan dalam memilih rekan kerjanya. Dan yang lebih pasti adalah bahwa orang tidak memiliki pilihan untuk menentukan siapa keluarganya.
Orang juga termasuk ke dalam kelompok tertentu yang lebih besar yang ditentukan oleh sejumlah karakternya, seperti jenis kelamin, umur, ras, pekerjaan, religiusitas, dan sebagainya. Orang dalam kelompok luas seperti ini juga cenderung untuk memiliki kesamaan dalam memilih kandidat. Hanya dengan mengetahui dua faktor yaitu agama dan status sosial ekonomi, telah memungkinkan kita untuk memprediksikan pilihan seseorang dengan tingkat akurasi yang tinggi. Dengan menggunakan lima atau enam faktor akan membuat pilihan soseorang lebih mudah diprediksi.
Sumber:
Teori Komunikasi, Sasa Djuarsa Sendjaja, dkk
Komentar
Posting Komentar