Modul 4. Teori Komunikasi Organisasi

Teori-teori Komunikasi Organisasi

PENDAHULUAN
Komunikasi adalah sebuah tindakan untuk berbagi informasi, gagasan ataupun pendapat dari setiap partisipan komunikasi yang terlibat di dalamnya guna mencapai kesamaan makna. Tindakan komunikasi tersebut dapat dilakukan dalam beragam konteks. Kita dapat berkomunikasi dengan orang lain dalam beberapa konteks, yaitu :
1. Antarpribadi (Interpersonal Communication)
2. Kelompok (Group Communication)
3. Organisasi (Organizational Communication)
4. Media Massa (Mass Communication)


K.B.1. Pentingnya Komunikasi dalam Organisasi

Komunikasi organisasi sangat penting dan layak untuk dipelajari, karena sekarang ini banyak orang yang tertarik dan memberi perhatian kepadanya guna mengetahui prinsip dan keahlian komunikasi yang dapat dimanfaatkan untuk dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan tujuan organisasi, baik organisasi komersial seperti lembaga bisnis dan industri ataupun organisasiorganisasi sosial seperti lembaga rumah sakit maupun institusi pendidikan.

A. PENGERTIAN KOMUNIKASI ORGANISASI

Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss dalam buku Human Communication menguraikan adanya 3 model dalam komunikasi, yaitu :
1. Model Komunikasi Linier, yaitu pandangan komunikasi satu arah (one-way view of communication). Dalam model ini, komunikator memberikan suatu stimuli dan komunikan melakukan respons atau tanggapan yang diharapkan, tanpa mengadakan seleksi dan interpretasi
2. Model Komunikasi Interaksional yang merupakan kelanjutan dari Pendekatan linier-"' Pada model komunikasi interaksional, diperkenalkan gagasan tentang umpan balik (Feedback). Dalam model ini, penerima (receiver) melakukan seleksi, interpretasi dan memberikan respons terhadap pesan dari pengirim (sender). Komunikasi dalam model ini, dipertimbangkan sebagai proses dua arah (two-way) ataupun cyclical process, di mana setiap partisipan memiliki peran ganda, dalam arti pada satu saat bertindak sebagai sender, namun pada waktu yang lain berlaku sebagai receiver, penerima pesan.
3. Model Komunikasi Transaksional. Dalam pandangan transaksional, komunikasi hanya dapat dipahami dalarn konteks hubungan (relationship) di antara dua orang atau lebih. pandangan ini nieneLnkan bahwa semua perilaku adalah komunikatif, tidak ada satu pun yang tidak dapat dikomunikasikan.

Sebagaimana telah disebut terdahulu, bahwa arus komunikasi dalam organisasi meliputi komunikasi vertikal dan komunikasi horizontal. Masingmasing arus komunikasi tersebut mempunyai perbedaan fungsi yang sangat tegas. Ronald Adler dan George Rodman dalam buku Understanding Human Communication, mencoba menguraikan masing-masing fungsi kedua arus komunikasi dalam organisasi tersebut. Pertama adalah downward communication. Komunikasi ini berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah:
1. Pemberian atau penyampaian instruksi kerja (job instruction);
2. Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job rationale);
3. Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices);
4. Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.

 Sedangkan upward communication terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah:
1. Penyampaian informasi tentang pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan;
2. Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan;
3. Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan;
4. Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.

Arus komunikasi berikutnya adalah horizontal communication. Tindak komunikasi ini berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus komunikasi horizontal ini adalah:
1. Memperbaiki koordinasi togas;
2. Upaya pemecahan masalah;
3. Baling berbagi informasi;
4. Upaya memecahkan konflik;
5. Membina hubungan melalui kegiatan bersama;


B. PROSES KOMUNIKASI

Proses komunikasi diawali oleh sumber (source) baik individu ataupun kelompok yang berusaha berkomunikasi dengan individu atau kelompok lain.
Langkah pertama yang dilakukan sumber adalah ideation yaitu penciptaan satu gagasan atau pemilihan seperangkat informasi untuk dikomunikasikan. Ideation ini merupakan landasan bagi suatu pesan yang akan disampaikan.
 Langkah kedua dalam penciptaan suatu pesan adalah encoding, yaitu sumber menerjemahkan informasi atau gagasan dalam wujud kata-kata, tanda-tanda atau lambang-lambang yang disengaja untuk menyampaikan informasi dan diharapkan mempunyai efek terhadap orang lain. Pesan atau message adalah alat-alat di mana sumber mengekspresikan gagasannya dalam bentuk bahasa lisan, bahasa tertulis ataupun perilaku nonverbal seperti bahasa isyarat, ekspresi wajah atau gambar-gambar.
Langkah ketiga dalam proses komunikasi adalah penyampaian pesan yang telah disandi (encode). Sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan cara berbicara, menulis, menggambar ataupun mclalui suatu widakan tertentu. Pada langkah ketiga ini, kita mengenal istilah channel it saluran, yaitu alat-alat untuk menyampaikan suatu pesan. Info SOURCE RECEIVER CHANNEL Message Transsmitted by Encode Listening Reading Observing Reception by Decode Feedback Words Actions Pictures Ideations Decode Encode Speaking Writing Acting Drawing saluran LIMA komunikasi lisan adalah komunikasi tatap muka, radio dan telepon. Sedangkan saluran untuk komunikasi tertulis meliputi setiap materi yang tertulis ataupun sebuah media yang dapat mereproduksi kata-kata tertulis seperti: televisi, kaset video atau OHP (overhead projector). Sumber berusaha untuk membebaskan saluran komunikasi dari gangguan ataupun hambatan, sehingga pesan dapat sampai kepada penerima seperti yang dikehendaki.
 Langkah keempat, perhatian dialihkan kepada penerima pesan. Jika pesan itu bersifat lisan, maka penerima perlu menjadi seorang pendengar yang baik, karena jika penerima tidak mendengar, pesan tersebut akan hilang. Dalarn proses ini, penerima melakukan decoding, yaitu memberikan penafsiran/interpretasi terhadap pesan yang disampaikan kepadanya. Pemahaman (understanding) merupakan kunci untuk melakukan decoding dan hanya terjadi dalam pikiran penerima. Akhirnya penerimalah yang akan menentukan bagaimana memaharni suatu pesan dan bagaimana pula memberikan respons terhadap pesan tersebut.
Tahap terakhir dalam proses komunikasi adalah feedback atau umpan balik yang memungkinkan sumber mempertimbangkan kembali pesan yang telah disampaikannya kepada penerima. Respons atau umpan balik dari penerima terhadap pesan yang disampaikan sumber dapat berwujud kata-kata ataupun tindakan-tindakan tertentu. Penerima bisa mengabaikan pesan tersebut ataupun menyimpannya. Umpan balik inilah yang dapat dijadikan landasan untuk mengevaluasi efektivitas komunikasi.

Fungsi Komunikasi dalam Organisasi :
Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, tindak komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu: fungsi informatif, regulatif, persuasif dan integratif. Kita akan membahas fungsi-fungsi di atas secara terperinci :
1. Fungsi  Informatif, organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information-processing systems). Seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu.
2. Fungsi regulative, ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini. Pertama, atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Di samping itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberi instruksi atau perintah, sehingga dalarn struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas (position of authority) supaya perintahperintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. Namun demikian sikap bawahan untuk menjalankan perintah banyak bergantung pada:
-  keabsahan pimpinan dalam menyampaikan perintah,
- kekuatan pimpinan dalam memberi sanksi,
- kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai pribadi,
- tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan.
Kedua, berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
3. Fungsi Persuasif Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan wring memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
4. Fungsi Integratif Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan balk. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan organisasi



K.B.2. Memahami Komunikasi dalam Organisasi

Gaya komunikasi atau communication style akan memberikan pengetahuan kepada kita tenting bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu organisasi ketika mereka melaksanakan tindak berbagi informasi dan gagasan.

A. GAYA KOMUNIKASI

Ada enam gaya komunikasi yang akan kita bahas dalam Kegiatan Belajar 2 ini, yaitu :
1. Controlling Style
Style Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way communicators.
2. Equalitarian Style
Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of communication). Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka.
3. Structuring Style
Gaya komunikasi yang terstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi.
4. Dynamic Style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented).
5. Relinquishing Style Berta Withdrawal Style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain.
6. The Withdrawal Style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karma ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.


B. KEKUASAAN DALAM ORGANISASI
Menurut French dan Raven, ada lima tipe kekuasaan, yaitu:

1. Reward Power
Tipe kekuasaan ini memusatkan perhatian pada kernampuan untuk memberi ganjaran atau imbalan atas pekerjaan atau tugas yang dilakukan orang lain. Kekuasaan ini akan terwujud melalui suatu kejadian atau situasi Yang memungkinkan orang Twin menemukan kepuasan.
2. Coercive Power
Kekuasaan yang bertipe paksaan ini, lebih memusatkan pandangan pada kemampuan untuk memberi hukuman kepada orang lain. Tipe koersif ini berlaku jika bawahan merasakan bahwa atasannya mempunyai 'lisensi' untuk menghukum dengan tugas-tugas yang sulit, mencaci-maki sampai kektiasaannya memotong gaji karyawan.
3. Referent Power
Tipe kekuasaan ini didasarkan pada satu hubungan 'kesukaan' atau liking, dalam arti ketika seseorang mengidentifikasi orang lain yang mempunyai kualitas atau persyaratan seperti yang diinginkannya. Dalam uraian yang lebih konkret, seorang pimpinan akan mempunyai referensi terhadap para bawahannya yang mampu melaksanakan pekerjaan danbertanung jawab atas pekerjaan yang diberikan atasannya.
4. Expert Power
Kekuasaan yang berdasar pada keahlian ini, memfokuskan diri pada suatu keyakinan bahwa seseorang yang mempunyai kekuasaan, pastilah ia memiliki pengetahuan, keahlian dan informasi yang lebih banyak dalam suatu persoalan tertentu.
5. Legitimate Power
Kekuasaan yang sah adalah kekuasaan yang sebenarnya (actual power), ketika seseorang melalui suatu persetujuan dan kesepakatan diberi hak untuk mengatur dan menentukan perilaku orang lain dalam suatu organisasi. Tipe kekuasaan ini masih bersandar pada struktur social dalam suatu organisasi, dan terutama pada nilai-nilai kultural.

C. MEMPERBAIKI KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
Salah satu karakteristik komunikasi antarmanusia (human communication) menegaskan, bahwa tindakan komunikasi akan mempunyai efek yang dikehendaki (intentional effect) dan efek yang tidak dikehendaki (unintentional effect). Pernyataan tersebut bermakna, bahwa apa yang kita katakan dan apa yang kita lakukan pada orang lain tidak selalu diinterpretasikan sama seperti yang kita kehendaki. Prinsip-prinsip umum untuk memperbaiki kemampuan berkomunikasi dalam organisasi :
1. Prinsip yang pertam4 adalah bagaimana mendefinisikan tujuan kita berkomunikasi
2. Memperbaiki kemampuan berkomunikasi dalam organisasi adalah bagaimana memilih audiens yang `terbaik'
3. Prinsip ketiga adalah menggunakan saluran (channel) yang terbaik. Ada dua jenis saluran, yaitu :
- saluran komunikasi lisan (oral communication)
- saluran komunikasi tertulis (written communication).

K.B.3. Beberapa Pendekatan dalam Komunikasi Organisasi
A. PENDEKATAN STRUKTUR DAN FUNGSI ORGANISASI
Teori pertama yang memiliki keterkaitan dengan pendekatan ini adalah teori birokrasi yang diperkenalkan oleh Max Weber. Weber mengemukakan pandangannya mengenai enam prinsip birokrasi yang terdiri dari:
- Birokrasi didasarkan pads aturan-aturan yang memungkinkan diselesaikannya suavepersoalan; - Birokrasi mengenai pembagian secara sistematis terhadap tenaga kerja. Setiap tenaga kerja memiliki hak dan kekuasaan yang terdefinisikan secara jelas;
- Esensi dari birokrasi adalah adanya penjenjangan (hierarki);
- Pimpinan diangkat berdasarkan kemampuan dan pendidikan mereka;
- Birokrasi harus memiliki kebebasan untuk mengalokasikan sumber-sumber yang ada dalam lingkup pengaruhnya; 6. birokrasi mensyaratkan pengelolaan arsip yang rapi.

B. PENDEKATAN HUBUNGAN MANUSIAWI (HUMAN RELATIONS)
Ada beberapa anggapan dasar dari pendekatan human relations, yaitu:
1. produktivitas ditentukan oleh norma sosial, bukan faktor psikologis;
2. seluruh imbalan yang bersifat non-ekonomis, sangat penting dalam mernotivasi para karyawan;
3. karyawan biasanya memberikan reaksi terhadap suatu persoalan, lebih sebagai anggota kelompok daripada individu;
4. kepemimpinan memegang peranan yang sangat penting dan mencakup aspek-aspek formal dan informal;
5. penganut aliran human relations menganggap komunikasi sebagai fasilitator penting dalam proses pembuatan keputusan

Teori mengenai human relations lebih terperinci, dikemukakan oleh Rensis Likert dan dikenal dengan Hama Empat Sistem Likert, yaitu :
a. Exploitative Authoritative, pimpinan menggunakan kekuasaan dengan Langan besi. Keputusan yang dibuat oleh pimpinan tidak memanfaatkan atau memperhatikan umpan balik dari para bawahannya
b. Benevolent Authoritative, hampir sama dengan sistem yang pertama. Perbedaannya, pada sistem yang kedua, pimpinan cukup memiliki kepekaan terhadap kebutuhan para karyawan.
c. Consultative, pimpinan masih memegang kendali, namun mereka juga mencari masukan-masukan dari bawah
d. Participative management, mernberi kesempatan kepada para karyawan untuk berpartisipasi penuh dalam proses pengambilan keputusan. Sistem ini mengarahkan para bawahan untuk meningkatkan rasa tanggung jawab dan motivasi bekerja yang lebih baik


C. PENDEKATAN KOMUNIKASI SEBAGAI SUATU PROSES PENGORGANISASIAN
Salah satu gagasan paling penting dalam referensi tentang komunikasi organisasi adalah, bahwa komunikasi bukan semata-mata sesuatu yang dilakukan oleh para anggota organisasi, bukan pula merupakan alai untuk menyelesaikan suatu persoalan. Namun, komunikasi itu sendiri lebih dipandang sebagai suatu proses pengorganisasian. Teori pengorganisasian memandang organisasi bukan sebagai struktur atau kesatuan, tetapi suatu aktivitas. Esensi dari setiap organisasi adalah bahwa orang bertindak atau beraksi dalam suatu Cara tertentu, sehingga perilaku mereka saling terkait. Dalam deskripsi yang konkret, perilaku seseorang bergantung pada perilaku orang lain.
D. PENDEKATAN ORGANISASI SEBAGAI KULTUR
Pada bahasan terakhir kita akan melihat suatu pandangan yang agak berbeda, yaitu organisasi sebagai kultur, dalam arti bahwa organisasi jugs merupakan pandangan hidup (way of life) bagi para anggotanya. Menurut Pacanowsky dan Trujillo, ada lima bentuk penampilan organisasi, yaitu :

1. Ritual
Ritual merupakan suatu penampilan yang diulang-ulang secara teratur, suatu aktivitas yang dianggap oleh suatu kelompok sebagai sesuatu yang sudah biasa dan rutin.
2. Hasrat (passion)
Bagaimana para karyawan dapat mengubah-mengubah pekerjaan rutin dan membosankan menjadi menarik
3. Sosialitas
Bentuk penampilan ini akan memperkuat suatu pengertian bersarna mengenai kebenaran ataupun norma-norma dan penggunaan aturan-aturan dalam organisasi, seperti tata susila dan sopan santun.
4. Politik Organisasi
Bentuk penampilan tersebut menciptakan dan memprtkuat minat terhadap kekuasaan dan pengaruh, seperti memperlihatkan diri
5. Enkulturasi
Proses mengajarkan budaya kepada Para anggota organisasi.

K.B.4. Teori Integratif dalam Komunikasi Organisasi
A. TEORI INTEGRATIF
Teori yang dikemukakan oleh Richard Farace, Peter Monge, dan Hamish Russel ini menunjukkan suatu pandangan umum yang sangat menarik mengenai konsep-konsep sistem dari organisasi. Sebagai tambahan, karya mereka juga menyatukan sejumlah besar pemikiran yang didasarkan atas penelitian, dan terakhir mereka menempatkan komunikasi sebagai pusat dari struktur organisasi.
Mereka mendefinisikan suatu organisasi sebagai suatu sistem yang setidaknya terdiri dari dua orang (atau lebih), ada saling ketergantungan, input, proses dan output. Kelompok ini berkomunikasi dan bekerja sama untuk menghasilkan suatu hasil akhir dengan menggunakan energi, informasi, dan bahan-bahan lain dari lingkungan. Salah satu sumber daya penting dalam organisasi adalah informasi. Dalam teorinya mereka mengemukakan dua bentuk komunikasi-komunikasi yang mengemukakan dengan dua bentuk informasi :
a. Pertama adalah informasi absolut' yang terdiri dari keseluruhan kepingan pengetahuan-pengetahuan yang ada dalam sistem. Jadi keseluruhan informasi yang dikomunikasikan dalam suatu organisasi adalah komunikasi absolut
b. Sebaliknya adalah informasi yang didistribusikan adalah informasi yang telah disebarkan melalui organisasi. Kenyataa bahwa informasi ada dalam suatu organisasi tidak menjamin bahwa informasi tersebut cukup dikomunikasikan di dalam sistem.

Kerangka structural fungsional bagi komunikasi organisasi terletak pada tiga dimensi analisis :
1. System Level yang terdiri atas empat sublevel:
- Individual
- Dyadic
- Kelompok
- Organisasional
Pada setiap level analisis, kita dapat mengamati fungsi-fungsi komunikasi yang sekaligus juga merupakan dimensi analisis yang kedua. Di antara berbagai fungsi komunikasi yang ada, Farace menekankan pada tiga fungsi, yaitu :
a. Produksi : Produksi mengacu pada pengarahan, koordinasi dan kontrol terhadap aktivitas organisasi
b. Inovasi : Inovasi membangkitkan atau mendorong perubahan dan gagasan barn dalam sistem
c. Pemeliharaan : Sedangkan pemeliharaan diartikan untuk melindungi nilai-nilai individual dan hubungan antarpribadi yang dibutuhkan untuk mempertahankan system
Konsep kunci yang berhubungan dengan komunikasi individual dalam organisasi adalah 'beban' (load). Beban/muatan komunikasi adalah tingkatan dan kompleksitas dari masukan informasi terhadap seseorang. Tingkatan adalah kuantitas dari masukan seperti pesan-pesan atau permintaanpermintaan, sedangkan kompleksitas adalah jumlah faktor-faktor yang harus diperhitungkan dalam memproses informasi. Ada dua lingkup persoalan berkaitan dengan muatan tersebut, yaitu :
a. Underload terjadi ketika aliran pesan kepada seseorang berada di bawah kapasitas orang tersebut untuk memprosesnya
b. Overload terjadi ketika muatan melampaui kapasitas seseorang.
Konsep kunci yang dapat diterapkan pada level dyad adalah aturanaturan (rules). Para anggota dyad saling berhubungan sesuai dengan polapola harapan/tuntutan, di samping aturah-aturan eksplisit, maupiin iffiplis'it untuk berkomunikasi. Aturan-aturan ini secara eksplisit dan implicit menunjukkan kebijakan komunikasi dari organisasi. Isinya mengajarkan pada anggota organisasi bagaimana harus berkomunikasi, kapan harus berkomunikasi, kepada siapa harus berkomunikasi, dan hal-hal yang harus dikomunikasikan.
Kita menyadari bahwa kelompok-kelompok itu cenderung untuk memiliki struktur internal, yang menurut Farace dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Struktur Komunikasi atau jaringan kerja mikro, yaitu pola-pola interaksi di dalam keIompok
b. Struktur kekuasaan. Di sini pertanyaannya adalah siapa memiliki kekuasaan atas siapa?
c. Struktur kepemimpinan berkaitan dengan distribusi peran di dalarn kelompok, terutama distribusi dari, peran-peran yang berhubungan dengan pengaruh antarpribadi dari para anggota kelompok.
Setiap jaringan aringan terdiri dari dua bagian pokok yaitu: para anggota dan rantai/pertautan/kaitan yang menghubungkannya. Rantai (links) ditandai oleh lima sifat, yaitu :
1. Simetri atau tingkat yang menghubungkan para anggota, umumnya berupa suatu rantai interaksi atas dasar keseimbangan/kesejajaran. Dalam suatu hubungan yang simetris, para anggota memberi dan rnencrima informasi secara seimbang. Sedangkan rantai yang asimetris sifatnya searah, artinya memisahkan secara tegas pengirim dan penerima informasi
2. kekuatan (strength) yang mengacu pada frekuensi interaksi. Orang yang lebih sering berkomunikasi akan memiliki rantai yang lebih kuat dari pada orang yang jarang berkomunikasi.
3. Resiprositas' (timbal-balik), yaitu tingkat kesepakatan para anggota mengenai hubungan mereka, jika seseorang merasa yakin bahwa dia sering berkomunikasi dengan orang lain, tetapi orang lain menyangkalnya, maka rantai hubungannya tidak resiprokal
4. Isi (content) yang merupakan esensi dari interaksi. Hal ini menyangkut apakah komunikasi yang dilakukan terutama mengenai pekerjaan, masalah social, atau materi lainnya. Dengan mengamati isi dari berbagai rantai dalam suatu jaringan, kita dapat mengenai fungsi keseluruhan dari jaringan.
5. Cara (mode), di sini pertanyaannya adalah bagaimana komunikasi dapat dicapai clan melalui saluran apa. Caranya dapat berupa pembicaraan langsung, pertemuan kelompok, atau komunikasi melalui surat/telepon.
Untuk memahami suatu jaringan, kita harus memperhatikan pula beberapa faktor tambahan. Para anggota organisasi memiliki peran-peran yang berbeda dalam jaringan. Salah satu peran tersebut adalah isolasi/terpencil. Orang yang termasuk dalam kategori isolasi tidak memiliki rantai hubungan dengan anggota jaringan lainnya. Dari mereka yang Baling berhubungan satu sama lain, beberapa di antaranya berkerumun menjadi kelompok-kelompok. Dalam pengertian jaringan, kelompok ditandai oleh empat kriteria, yaitu:
1. lebih dari separuh aktivitas komunikasi yang dilakukan kelompok berada di dalam kelompok;
2. setiap individu harus dikaitkan dengan individu lain dalam kelompok,
3. kelompok tidak akan hancur oleh keluarnya satu orang atau rusaknya satu rantai hubungan;
4. kelompok harus memiliki minimal tiga anggota.

Keempat kriteria di atas akan rnembuat kelompok relatif stabil Jadi suatu jaringan adalah suatu rangkaian kelompok-kelompok dan anggota-anggota yang saling berkaitan. Dua peran lain yang juga penting dalam struktur jaringan adalah peran 'penghubung' (liaison) dan jembatan' (bridge). Bridge adalah anggota kelompok yang juga berhubungan dengan kelompok lainnya. Sementara liaison bukan anggota dari kelompok mana pun, meskipun dia menghubungkan dua kelompok atau lebih.







Sumber
Teori Komunikasi, Sasa Juarsa Sendjaja dkk

Komentar

Postingan Populer