Modul 2. Teori Komunikasi Antarpribadi : Dimensi-dimensi Pribadi dan Relasional

Teori Komunikasi antar Pribadi : Dimensi-dimensi Pribadi dan Relasional

PENDAHULUAN

Secara umum komunikasi antar pribadi (KAP) dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Komunikasi terjadi secara tatap muka (face to face) antara dua individu. Dalam pengertian tersebut mengandung 3 aspek:
a) Pengertian proses, yaitu mengacu pada perubahan dan tindakan yang berlangsung
terus menerus.
b) KAP merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan menerima
pesan secara timbal balik.
c) Mengandung makna, yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut,
adalah kesamaan pemahaman diantara orang-orang yang berkomunikasi terhadap
pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi.

Dari ketiga aspek tersebut maka KAP menurut Judy C. Pearson memiliki karakteristik sebagai berikut:
- KAP dimulai dengan diri pribadi (self). Berbagai persepsi komunikasi yang menyangkut pemaknaan berpusat pada diri kita, artinya dipengaruhi oleh pengalaman dan pengamatan kita.
- KAP bersifat transaksional. Anggapan ini mengacu pada pihak-pihak yang berkomunikasi secara serempak dan bersifat sejajar, menyampaikan dan menerima pesan.
- KAP mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi. Artinya isi pesan dipengaruhi oleh hubungan antar pihak yang berkomunikasi.
- komunikasi antarpribadi mensyaratkan kedekatan fisik antar pihak yang berkomunikasi.
- KAP melibatkan pihak-pihak yang saling bergantung satu sama lainnya dalam proses komunikasi.
- KAP tidak dapat diubah maupun diulang. Jika kita salah mengucapkan sesuatu pada pasangan maka tidak dapat diubah. Bisa memaafkan tapi tidak bisa melupakan atau menghapus yang sudah dikatakan.
- KAP berlangsung antar dua individu, karenanya pemahaman komunikasi dan hubungan antar pribadi menempatkan pemahaman mengenai komunikasi dalam proses psikologis. Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki pemahaman dan makna pribadi terhadap setiap hubungan dimana dia terlibat di dalamnya.


K.B.1. Individu dalam Komunikasi Antarpribadi

A. LETAK (LOKUS) PSIKOLOGIS
Menurut Fiisher (1987:106) ada tiga pemahaman  psikologis terhadap komunikasi antarpribadi, yaitu :
- Munculnya respons individu terbatas pada setelah kegiatan komunikasi
- Ingatan atau persepsi individu dapat berubah setelah suatu tindakan komunikasi
- Individu sering mencampuradukkan hubungan antarpribadi  dengan respon emosional mereka

B. TATARAN PSIKOLOGIS DALAM KOMUNIKASI
Dalam lokus psikologis, komunikasi antarpribadi merupakan kegiatan yang melibatkan dua orang atau lebih yang memiliki tingkat kesamaan diri atau proses psikologis tertentu. Katakanlah Ani berkomunikasi dengan Budi maka proses psikologis Ani harus memiliki kesamaan tertentu dengan proses psikologis Budi. Ketika Ani dan Budi berkomunikasi, mereka secara individual dan serempak memperluas diri pribadi masing-masing ke dalam tindakan komunikasi melalui pemikiran, perasaan, keyakinan atau dengan kata lain melalui proses psikologis mereka. Proses ini akan berlangsung terus sepanjang keduanya masih terlibat dalam tindak komunikasi.

K.B.2. Memahami Diri Pribadi dalam Komunikasi

Memahami Diri Pribadi dalam Komunikasi iri pribadi adalah suatu ukuran/kualitas yang memungkinkan sesorang untuk dianggap dan dikenali sebagai individu yang berbeda dengan individu lainnya.

A. PERSEPSI TERHADAP DIRI PRIBADI (SELF PERCEPTION)
Karakteristik yang mendasari upaya kita untuk memahami proses antarpribadi :
1. Suatu tindakan persepsi mensyaratkan kehadiran objek eksternal untuk dapat ditangkap oleh indra kita. Dalam hal ini persepsi terhadap diri pribadi, kehadirannya sebagai objek eksternal mungkin kurang nyata, tetapi keberadaanya jelas dapat kita rasakan
2. Adanya informasi untuk diinterpretasikan. Informasi yang dimaksud disini adalah segala sesuatu yang diperoleh melalui sensasi atau indra yang kita miliki
3. Menyangkut sifat representative dari pengindraan. Maksudnya, kita tidak dapat mengartikan makna suatu objek secara langsung karena kita sebenarnya hanya mengartikan makna dari informasi yang kita anggap mewakili objek tersebut

B. SIFAT-SIFAT PERSEPSI
1. Persepsi adalah pengalaman
Untuk mengartikan makna dari seseorang, objek, atau peristiwa, kita harus memiliki dasar/basis untuk melakukan interpretasi. Dasar ini biasanya kita temukan pada pengalaman masa lalu kita dengan orang, objek, atau peristiwa tersebut, atau dengan hal-hal yang menyerupainya
2. Persepsi adalah selektif
Ketika mempersepsikan sesuatu, kita cenderung memperhatikan hanya bagian-bagian tertentu dari suatu objek atau orang. Dengan kata lain, kita melakukan seleksi hanya pada karakteristik tertentu dari objek persepsi kita dan mengabaikan yang lain. Dalam hal ini biasanya kita mempersepsikan apa yang kita “inginkan” atas dasar sikap, nilai, dan keyakinan yang ada dalam diri kita, dan mengabaikan karakteristik yang tidak relevan atau berlawanan dengan nilai dan keyakinan tersebut
3. Persepsi adalah penyimpulan
Proses psikologis dari persepsi mencakup penarikan kesimpulan melalui suatu proses induksi secara logis. Interpretasi yang dihasilkan melalui persepsi pada dasarnya adalah penyimpulan atas informasi yang tidak lengkap. Dengan kata lain, mempersepsikan makna adalah melompat kepada suatu kesimpulan yang tidak sepenuhnya didasarkan atas data yang dapat ditangkap oleh indra kita
4. Persepsi tidak akurat
Setiap persepsi yang kita lakukan, akan mengandung kesalahan dalam kadar tertentu. Hal ini disebabkan antara lain oleh pengaruh pengalaman masa lalu, selektivitas dan penyimpulan. Biasanya ketidakakuratan ini terjadi karena penyimpulan yang terlalu mudah, atau menyamaratakan. Adakalanya persepsi tidak akurat karena orang menanggap sama sesuatu yang sebenarnya hanya mirip.
5. Persepsi adalah evaluatif
Persepsi tidak akan pernah objektif, karena kita melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman dan merefleksikan sikap, nilai dan keyakinan pribadi yang digunakan untuk memberi makna pada objek persepsi. Karena persepsi merupakan proses kognitif psikologis yang ada di dalam diri kita maka bersifat subyektif. Fisher (1987 : 125) bahkan mengemukakan bahwa persepsi bukan hanya merupakan proses intrapribadi, tetapi juga sesuatu yang sangat pribadi, dan tidak terhindarkannya keterlibatan pribadi dalam tindak persepsi menyebabkan persepsi sangat subjektif.

C. BEBERAPA ELEMEN DARI PERSEPSI
Kita telah mengetahui bahwa persepsi mensyaratkan adanya tiga hal:
- Orang yang mempersepsi
- Objek persepsi
- Suatu interpretasi atau makna yang merupakan hasil dari tindakakn persepsi

Elemen-elemen yang terlibat dalam proses persepsi :
1. Elemen Pertama adalah sensasi pengindraan dan interpretasi. Ketika orang menangkap sesuatu melalui indranya (melihat, mendengar, mencicip, membau, atau meraba) maka secara simultan dia akan menginterpretasikan makna dari hasil pengindraanya
2. Elemen Kedua adalah Harapan. Harapan dapat menjadi kekuatan yang sangat berarti dalam mengarahkan persepsi, meskipun adakalanya bertentangan dari rasio. Harapan mempengaruhi persepsi terhadap diri pribadi seperti persepsi terhadap objek lainnya. Kita berharap untuk mendapat simpati dari orang yang baru kita kenal, dan kita biasanya akan merasa senang bila orang tersebut memang bersimpati kepada kita
3. Elemen Ketiga adalah bentuk dan latar belakang (figure & background). Salah satu cara untuk memahami proses persepsi terletak pada kemampuannya untuk membeda-bedakan antara berbagagi jenis informasi. Orang yang mempersepsi, membedakan antara yang baik dan yang buruk, yang penting dari yang tidak penting, yang relevean dari yang tidak relevan
4. Perbandingan merupakan elemen keempat dari persepsi, jika makna yang dipersepsikan konsisten atau mirip dengan criteria yang digunakan sebagai pembanding (pengalaman masa lalu kita akan menganggapnya valid. Ketika kita menghadapi sesuatu yang tidak sesuai dengan criteria pembanding maka kita akan mengalami ketidaksesuaian kognitif atau inkonsistensi kognitif. Sehingga kita merasa perlu untuk menyingkirkan inkonsistensi tadi sebagai upaya untuk mengatasi ketidaksesuaian psikologis kita
5. Konteks merupakan elemen kelima dari persepsi, mungkin yang paling potensial. Bukan berarti bahwa system kognitif kita seperti nilai, sikap, dan keyakinan, atau harapan kita, tidak cukup berpengaruh. Tetapi konteks di mana kita mempersepsikan suatu objek, sangat kuat pengaruhnya. Sehingga cenderung mengarahkan struktur kognitif dan harapan kit, dan pada gilirannya persepsi kita

D. KESADARAN PRIBADI (SELF AWARENESS)
Langkah pertama dalam persepsi diri adalah mengetahui/menyadari diri kita sendiri, yaitu mengungkap siapa dan apa kita ini. Dan sesungguhnya menyadari siapa diri kita, adalah juga persepsi diri. Karena ketika kita menyadari siapa diri kita secara simultan kita juga telah mempersepsikan diri kita sendiri. Fisher (1987:134) menyebutkan ada beberapa elemen dari kesadaran diri, yaitu konsep diri (self esteem  dan  multiple selves). Pemahaman terhadap konsep diri adalah bagaimana kita memandang diri kita sendiri. Pada umumnya orang cenderung menggolongkan dirinya sendiri dalam tiga kategori, yaitu :
1. Karakteristik atau sifat pribadi
2. Karakteristik atau sifat social
3. Peran social
Karakteristik pribadi adalah sifat-sifat yang kita miliki, paling tidak dalam persepsi kita mengenai diri kita sendiri. Karakteristik ini dapat bersifat fisik (laki, perempuan, tinggi, rendah, cantik, tampan, gemuk, dan sebagainya) atau kemampuan tertentu (pandai, pendiam, cakap, dungu, terpelajar, dan sebagainya). Karakteristik social menunjukkan sifa-sifat yang kita tampilkan dalam hubungan kita dengan orang lain. Antara lain, ramah atau ketus, ekstovert, atau introvert, banyak bicara atau pendiam, penuh perhatian atau tidak peduli, dan sebagainya. Peran social, mencakup hubungan dengan orang lain dan dalam suatu masyarakat tertentu.
a. Self Esteem adalah Ungkapan yang digunakan untuk menyatakan persepsi evaluative seseorang terhadap dirinya sendiri. Self esteem berpengaruh terhadap perilaku kita, khususnya perilaku komunikasi kita. Orang yang self esteemnyatinggi biasanya lebih mandiri, tegas, dan tidak mudah dipersuasi. Sementara kebalikan dari hal-hal tadi biasanya ditemukan pada orang yang self esteemnya rendah.
b. Multiple selves adalah setiap orang memiliki identitas diri yang berbeda. Ketika kita terlibat dalam komunikasi antarpribadi, kita memiliki dua diri dalam konsep diri kita yaitu persepsi mengenai diri kita dan persepsi kita tentang persepsi orang lain terhadap diri kita (metapersepsi). Cara lain untuk melihat multiple selves adalah melalui diri ideal kita. Sebagian dari konsep diri mencakup siapa diri kita sebenarnya, sedangkan sebagian lain mencakup kita ingin menjadi apa.

Proses mengenal diri sendiri akan berlangsung secara kontinu dan tidak dapat kita hindari. Oleh sebab itu, jika kita ingin memahami sepenuhnya tingkat hubungan antarpribadi kita dan mendapat manfaatnya maka kita perlu menyadari konsep diri kita dan bagaimana perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya. Proses perkembangan kesadaran diri diperoleh melalui tiga konsep, yaitu reflexive, social self, dan becoming self.
1. Reflexive self adalah apabila kita memandang ke dalam cermin dan kita tidak hanya melihat diri kita, tetapi melihat diri kita (yang dipantulkan oleh cermin) yang sedang memandang kita. Jadi kesadaran diri dikatakan reflexive jika bersifat dua arah. Ketika kita mempersepsikan diri kita, kita mempersepsikan bahwa diri kita terlibat dalam persepsi diri.
2. Social Self adalah menggunakan orang lain sebagai kriteria untuk menilai konsep diri kita. Pada hal ini, individu memperoleh konsep dirinya melalui interaksi dengan orang lain. Reaksi orang lain ini membuat tindakan kita jauh lebih berarti, dan ini berarti bahwa sebenarnya orang lain telah memberikan patokan di mana kita dapat mengukur konsep diri kita. Adapun istilah lain :
- Looking Glass Self adalah yang menggambarkan bagaimana kita mengembangkan konsep diri melalui interaksi
- Self Monitoring adalah suatu kemampuan di mana tingkatannya berbeda-beda pada setiap orang. Kemampuan ini akan membuat kita menjadi lebih efektif dalam komunikasi antarpribadi.
3. Becoming self, artinya konsep diri selalu dalam state of becoming atau proses menjadi konsep diri. Pengertian becoming ini sekaligus menunjukkan bahwa perubahan konsep diri tidak terjadi secara mendadak atau drastis, melainkan secara gradual melalui aktivitas sehari-hari kita.

K.B.3. Memahami Orang Lain Dalam Komunikasi

Upaya mengenali orang lain bukanlah persoalan sederhana. Upaya ini menyangkut proses psikologis, yaitu persepsi, dan seperti telah kita ketahui, persepsi memiliki banyak kelemahan sebagai dasar untuk memperoleh pengetahuan. Anatara lain persepsi tidak akurat, selektif, subjektif, dan sebagainya. Meskipun sesungguhnya banyak informasi yang kita perlukan untuk melakukan persepsi terhadap orang lain, namun ada tiga jenis informasi terpenting yang perlu kita katahui, yaitu tujuan orang tersebut, kondisi internalnya (psikologis), dan kesamaan antara kita dengan orang tersebut. Mempersepsi tujuan orang memiliki beberapa arti bagi kita :
a. Pertama adalah sebagai mekanisme proteksi, yaitu kita ingin mengetahui apa yang diharapakannya dari kita melalui komunikasi yang dia lakukan
b. Melalui pemahaman terhadap tujuan orang, kita dapat mengevaluasi kesungguhan atau akurasi dari penampilannya. Jadi, secara singkat dapat dikatakan bahwa kita menganggap sebagian besar perilaku memiliki tujuan tertentu, dan kita menggunakan persepsi untuk mengenali secara cermat apa tujuan orang lain.
Setelah kita memperoleh informasi tentang orang lain yang dibutuhkan, apa yang harus dilakukan dengan informasi tersebut. Dalam komunikasi antarpribadi, setiap partisipasi perlu mengenali partisipan lainnya dalam rangka mencapai dua tujuan, yaitu mengurangi ketidakpastian (uncertainly reduction) dan perbandingan sosial (social comparison). Jadi, dalam tahap awal komunikasi antarpribadi, kita akan berusaha mengurangi jumlah ketidak pastian yang kita rasakan mengenai apa yang harus kita lakukan.
Perbandingan sosial adalah proses membandingkan diri kita dengan orang lain. Mengutip Leon Festinger, Fisher (1987:160) yang mengemukakan bahwa orang biasanya melakukan evaluasi diri, yaitu suatu cara untuk mengetahui diri kita sendiri (konsep diri). Selain itu kita juga ingin mengetahui bagaimana menilai diri kita (self esteem).
Ketika melakukan perbandingan sosial, kita cenderung untuk melakukan dengan orang lain yang setara. Misalnya, status sosial ekonomi kita dengan orang lain yang statusnya hampir sama. Jadi, perbandingan sosial bukanlah upaya untuk melakukan evaluasi diri secara objektif. Meskipun demikian ini adalah cara yang sehat untuk menjaga kestabilan konsep diri dan self esteem, karena jika kita membandingkan diri dengan ukuran yang tidak setara maka resikonya adalah merosotnya self esteem dan meningkatnya gangguan psikologis.

A. PERSEPSI TERHADAP ORANG LAIN
Stave Duck (1977) mengemukakan bahwa perilaku orang akan membantu dalam tiga hal :
- Perilaku tersebut mungkin akan terasa menyenangkan bagi kita karena kita akan selalu merasa senang jika mendapat senyuman atau pujian misalnya
- Perilaku tersebut memberikan informasi yang dapat kita gunakan untuk membentuk semacam kesan mengenai kondisi internal sesorang (kepribadian, sikap, keyakinan, nilai)
- Perilaku seseorang dapat memberikan perkiraan mengenai mengenai kelanjutan hubungan di kemudian hari
Pada kenyataannya, persepsi kita terhadap orang lain memang tidak bisa lebih dari tebakan/perkiraan. Hanya dengan informasi yang lebih banyak yang kita peroleh seiring dengan berlangsungnya komunikasi atau berlanjutnya hubungan maka kita dapat menebak dengan lebih baik/akurat. Bahasan berikut akan meguraikan tiga proses kognitif yang terjadi dalam mempersiapkan orang lain, ketiganya adalah implicit personality theory, proses atribusi, dan response sets
1. Implicit personality theory adalah pengalaman interaksi di masa lalu, kita telah mengenal berbagai ciri-ciri psikologis/kepribadian yang berbeda dari berbagai orang yang berbeda. Maka, Menggunakan implicit personality berarti berusaha memahami individu tertentu dengan menempatkan ciri-ciri individu tersebut ke dalam suatu kerangka pemahaman. Menggunakan implicit personality theory, di mulai dengan individu dan mencoba mengidentifikasikannya ke dalam klasifikasi sosial berdasarkan apa yang kita ketahui tentang individu tersebut sebagai sosok yang spesifik/khas.
2. Proses atribusi adalah proses intrapribadi yang menempatkan penyebab atas suatu peristiwa kepada seorang atau sesuatu. Sebagai suatu bentuk proteksi, kita biasanya memandang diri kita sendiri dalam pengertian situasional yaitu kita cenderung menimpakan perilaku kita yang tidak disukai kepada situasi, bukan kepada diri kita sendiri. Sebaliknya, kita cenderung mempersepsikan orang lain dalam pengertian disposisional. Ketika memperhatikan seseorang, kita cenderung menempatkannya pada proses intra pribadi, yaitu sesuatu yang terjadi di dalam orang tersebut.
3. Response sets merupakan predisposisi tertentu yang dilakukan untuk menanggapi orang lain. Menyadari bahwa kita tidak akan pernah mendapatkan cukup informasi untuk mengenali orang lain secara utuh maka kita menggunakan response sets sebagai jalan pintas. Oleh karenanya, dalam proses ini kesalahan dalam mempersepsikan orang dapat mungkin terjadi. Response sets yang sangat umum digunakan adalah ‟hallo effect‟, dan ‟leniency effect‟.
- Persoalan yang muncul dari ‟hallo effect‟ ini adalah bahwa kita mengabaikan situasi yang dapat mempengaruhi tindakan orang. Kita melupakan kenyataan bahwa yang akan berperilaku dan menampilkan peran yang berbeda dalam situasi yang berbeda dan kepada orang yang berbeda.
- Leniency effect adalah response sets lain di mana kita membiarkan hubungan kita dengan seseorang mempengaruhi persepsi kita terhadap orang tersebut. Sehingga dalam persepsi kita dia hanya memiliki sedikit kekurangan dibanding begitu banyak kelebihannya.

B. PERILAKU TERHADAP ORANG LAIN
Erving Goffman (1963) mengemukakan bagaimana setiap orang dalam kehidupan sehari-harinya terlibat dalam ”memerankan” dirinya kepada orang lain. Tindakan ini bukanlah upaya kepura-puraan/manipulatif, melainkan bagian yang wajar dalam interaksi sosial yang disebut impression management.
a. Impression management memandang komunikasi antarpribadi sebagai sebuah drama atau sandiwara. Misalnya kita senang duduk sambil mengangkat kaki, ini biasanya hanya bisa kita lakukan bila sedang sendiri, dengan hadirnya orang lain tentunya kita akan duduk secara lebih baik untuk menanamkan kesan yang baik pula terhadap orang tersebut. Sebagai partisipan dalam komunikasi, kita bukan hanya sebagai aktor, tetapi sekaligus penulisan skenario yang menulis naskah ”drama” kehidupan nyata ketika kita terlibat dalam komunikasi antarpribadi. Jadi Impression Management merupakan perilaku yang lebih diarahkan oleh orang lain daripada diri kita sendiri.
b. Rhetorical sensitivity adalah konsep yang di kembangkan oleh Rod Hart dan Don Burks (1972) yang mengacu pada kualitas persepsi yang di dasarkan atas kemungkinan-kemungkinan (contingencies). Menjadi rhetorically sensitive berarti peka terhadap orang lain. Dengan kata lain, rhetorical sensitivity berarti melakukan adaptasi/penyesuaian terhadap kemungkinan-kemungkinan. Terdapat lima karakteristik yang menandai rhetorical sensitivity :
- Orang yang rhetorcally sensitive dapat menerima kompleksitas pribadi, yaitu dapat memahami bahwa setiap individu merupakan kesatuan dari banyak diri (multiple selves
- Orang yang rhetorcally sensitive menghindari sifat kaku/keras dalam berkomunikasi dengan orang lain
- Orang semacam ini akan mengimbangkan kepentingan pribadi dengan kepentingan orang lain, suatu kepekaan yang disebut kesadaran interaksi (interaction consciousness)
- Orang yang rhetorcally sensitive sadar kapan harus mengkomunikasikan atau tidak mengkomunikasikan sesuatu dalam situasi yang berbeda
- Orang semacam ini menyadari bahwa suatu pesan dapat dikemukakan melalui berbagai cara, dan dia dapat menyesuaikan cara penyampaian pesan dalam situasi tertentu.
c. Attributional responsses merupakan cara lain penggunaan proses attribusi melalui prilaku kita sebagai reaksi atas tindakan orang lain. Dalam hal ini kita menanggapi dengan suatu cara yang secara jelas menunjukkan suatu makna tertentu terhadap prilaku orang lain. Dengan kata lain, atribusi dapat di terapkan sebagai strategi percakapan seperti halnya para proses persepsi, dan ketika kita menggunakannya sebagai strategi, atribusi akan mempengaruhi keseluruhan alur percakapan.
Konfirmasi antarpribadi merupakan tanggapan atau reaksi atas perilaku orang lain. Konsep ini masih berkaitan dengan impression management. Ketika kita berusaha untuk mengarahkan kesan maka pada saat yang bersamaan orang lain pun melakukan hal yang sama kepada kita. Dalam menanggapinya kita memiliki tiga alternatif, yaitu konfirmasi, menolak, atau diskonfirmasi.
- Jika kita melakukan konfirmasi berarti kita menerima identifikasi diri orang lain seperti yang ditampilkannya di hadapan kita.
- Menolak, kita mengakui keberadaan orang tersebut namun menyangkal definisi diri yang dia tampilkan
- Sementara itu diskonfirmasi berarti lebih jauh dari sekedar penolakan. Ketika kita mendiskonfirmasi penampilan orang lain, kita sepenuhnya mengabaikan pesan orang lain dan menganggapnya tidak pernah di ucapkan.

K.B.4. Memahami Hubungam Antarpribadi

Orang memerlukan hubungan antarpribadi untuk dua hal, yaitu :
a. Perasaan (Attachment) mengacu pada hubungan yang secara emosional intensif
b. Ketergantungan (Dependency) mengacu pada instrument perilaku antarpribadi
Salah satu karakteristik dari hubungan antarpribadi adalah bahwa hubungan tersebut banyak yang tidak diciptakan atau diakhiri berdasarkan kemauan/kesadaran kita.

A. TEORI-TEORI PENGEMBANG HUBUNGAN
Self Disclosure atau proses pengungkapan diri yang telah lama menjadi focus penelitian dari teori komunikasi mengenai hubungan, merupakan proses mengungkapkan informasi pribadi kita kepada orang lain dan sebaliknya. Joseph Luft (Reardon, 1987 : 163) mengemukakan teori self disclosure yang disebut Johari Window


a. Kuadran 1 : Memiliki keterbukaan terhadap orang lain tentang  informasi apa yang ada didalam diri. Bisa juga disebut dengan daerah terbuka atau areal bebas.
b. Kuadran 2 : Maksud dari kata Buta atau Blind ialah apa yang diketahui oleh orang lain  tentang diri sendiri justru tidak kita ketahui atau sadari
c. Kuadran 3 : Meliki sifat tertutup  terhadap orang lain tentang informasi apa yang  ada didalam diri kita sendiri
d. Kuadran 4 : Sesuatu yang tidak kita ketahui begitu pula dengan orang lain


B. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN DAN MENGAKHIRI HUBUNGAN
Sesuatu kenyataan dalamkehidupan kita adalah bahwa banyak hubungan kita dengan orang lain yang bersifat temporer. Apalagi dikalangan masyarakat dengan mobilitas yang tinggi akan sulit untuk memelihara persahabatan sehingga yang sering terjadi adalah kita memulai dan mengakhiri hubungan antarpribadi.
Ketika mengembangkan dan mengakhiri hubungan kita melawati serangkaian tahap keakraban atau keintiman. Antara lain dari hubungan yang bukan bersifat pribadi dengan menggunakan aturan-aturan ekstrinsik sampai dengan aturan-aturan instrinsik.
Knap (1978) merumuskan model tahapan hubungan yang menunjukan bahwa orang mempertimbangkan untuk menuju hubungan yang lebih akrab dengan orang lain. Duck kembali mengemukakan bahwa hubungan anar pribadi dapat berakhir dan biasanya melalui tahapan-tahapan intra psikis, tahap dyadic, tahap sosial dan tahap grave dressing.







Sumber:
Teori Komunikasi, Sasa Djuarsa Sendjaja, dkk

Komentar

Postingan Populer